"JADDIDUU IIMANAKUM BIKATSROTI QOULI LAA ILAAHA ILLALLAAH"


DEALS WIDGETS NOW

BEST PRODUCT

Selasa, 17 Maret 2009

“ BELAJAR KEPEMIMPINAN DARI SANG PEDANG ALLAH ( SAIFULLAH) “

Sore itu gw pulang dari kantor buru-buru banget. Jam menunjukan pukul 17.00 WIB saatnya gw untuk pulang. Ga seperti biasanya gw berniat untuk pulang cepat. Biasanya gw pulang dari kantor sesudah sholat maghrib, tapi hari itu gw merasa ada sesuatu yang aneh dalam badan gw. Gejala ngantuk yang luar biasa menghinggapi tubuh gw layaknya ajian sirep Gajah Mada yang melumpuhkan pemberontakan Sadeng dan Keta dalam Roman Gajah Mada karya Elkaha. Setelah menempelkan jempol gw dalam mesin finger print gw buru-buru cabut menuju kosan gw yang berada di belakang Bekasi Cyber Park.

Sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya gw menguap, mata terasa berat untuk dibuka. Sebelum sampai kosan gw mampir dulu di warung penjual Nasi Uduk. Warung ini terkenal banget enaknya, buka nya dari jam 17.00 s.d 21.00 WIB walaupun buka nya bentar tapi warung ini rame banget dibanjiri penggemar nasi uduk. Kebetulan waktu itu warung masih agak lengang ga sebanyak seperti biasanya, gw langsung memesan nasi uduk, tahu 2 buah, telor semur dan tentu saja gorengan favorit gw. Sebelum belok ke kosan, gw sempetin mampir beli jus tomat yang lokasinya deket banget Alfamart belokan perumnas dua. Setelah selesai membeli persediaan buat ganjal perut, gw memutuskan langsung cabut ke kosan. Dengan perasaan laper gw melahap nasi uduk dan jus tomat yang barusan gw beli.

Tak terasa adzan maghrib udah berkumandang, dengan bimbang gw berfikir apakah gw mandi atau wudhu dulu ??? setelah melalui pertimbangan yang cukup matang akhirnya gw memutuskan untuk wudhu dulu mandi belakangan. Ketika sholat maghrib, perasaan ngantuk itu tiba-tiba kuat menghantam tubuh gw, niat hati untuk melakukan aurad-aurad dzikir, apadaya setan berhasil menaklukan gw. Gw memutuskan untuk tidur sambil menunggu sholat isya. Tapi kadang harapan gak sesuai dengan kenyataan, gw tidur layaknya kebo yang dicocok hidungnya, lelap banget persis mayat kambing yang abis diterkam macan. Gw tersentak kaget begitu melihat jam menunjukan pukul 22.00 WIB, buru-buru gw ke kamar mandi untuk kencing karena udah gak tahan. Sambil menenangkan diri gw coba minum aqua botol sampai habis gak bersisa. Keringat keluar bercucuran membasahi tubuh gw. Gw basah kuyup mirip orang yang baru selsai latihan futsal. Dengan perasaan gundah gw coba ganti pakaian gw yang basah kuyup. Gak tau kenapa malam itu (atau memang udah karakternya) Bekasi geraahhh banget, ingin gw tidur telanjang di kasur. Gw teringat belum sholat isya, segera gw ambil wudhu dan melaksanakan sholat. Selama sholat hati dan pikiran gw gak tenang dikarenakan geraahh yang terus menerus meneror tubuh gw.

Jam menunjukan pukul 23.00 WIB. Temen-temen kosan gw udah pada berlayar ke pulau kapuk tinggal gw sendirian kayak orang bego berpatroli ngontrol tiap kamar barang kali masih ada yang bernafas. Gw memutuskan untuk mandi guna melawan hawa panas Bekasi, barangkali dengan mandi gw bisa sedikit nyaman. Setelah mandi gw ingin tidur, tapi kantuk tak kunjung hinggap di pelupuk mata gw. Mata gw jelalatan mencari sesuatu yang barangkali bisa menjadi obat gelisah gw. Disaat orang lain terlelap gw malah sibuk memikirkan cara untuk bisa tidur. Suatu hal yang kontradiktif yang berlawanan dengan arus.

Tiba-tiba mata gw berhenti pada suatu benda berbentuk persegi panjang, bersampul hijau dengan gambar seorang pendekar membawa pedang. Yah !! itu adalah buku yang baru gw beli di Gramedia Bekasi judulnya PANGLIMA SURGA karya Abu Fatah Grania yang diterbitkan oleh Cicero Publishing. Gw belum menyentuh buku itu semenjak gw beli dua hari yang lalu. Dengan perasaan terpaksa gw baca halaman demi halaman yang tujuan awal gw emang untuk memancing agar kantuk menghampiri gw. Buku iu menceritakan tentang riwayat para mujahid yang sangat terkenal. Dari tangannyalah kemenangan Islam di medan juang diraih. Dan ditangannya pula, seolah surga berada dalam genggaman karena memang tidak ada balasan buat syuhada kecuali surga. Buku yang sangat inspiratif yang dibuat berdasarkan historical – motivation ditengah suasana kehidupan yang hedonis – materialistic, yang kadang membuat kita takut mati tapi juga tidak berani hidup dengan memegang kebenaran.

Gw membaca lembaran demi lembaran halaman buku ini dengan perasaan haru, yang awalnya gw gak berminat baca buku ini akhirnya terlena dan hanyut dalam alur cerita yang begitu menggugah rasa. Tanpa mempedulikan rasa kantuk yang mulai menyergap, gw lahap semua kata yang ada dalam buku Panglima Surga. Bab awal menceritakan tentang kepahlawanan Sang Pedang Allah Khalid bin Walid ra dalam menaklukan kerajaan-kerajaan superpower pada masanya. Begitu banyak peperangan yang dilakukan oleh Sang Pedang Allah dalam menyebarkan agama Islam di Timur Tengah mulai dari Perang Mu’tah sampai Perang Yarmuk yang sangat menentukan. Khalid bin Walid ra adalah seorang mujahid Islam yang tidak terkalahkah di medan perang. Salah satu rahasiannya adalah karena beliau telah didoakan oleh Rasulullah SAW sebagai mana doanya “ kamu akan memperoleh kemenangan selama itu bersamamu ( rambut Rasulullah)”.

Salah satu keteladanan Khalid bin Walid adalah ketika beliau ditanya oleh seorang pendeta berpakaian hitam dan bertanya “ siapa dari kalian yang bersedia berbicara denganku ?”
Khalid maju kedepan mendekati sang pendeta
“ apakah engkau pemimpin muslimin ?”
“ ya, sepanjang aku taat pada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah, namun jika aku lalai, aku tidak berhak memimpin mereka dan tidak wajib ditaati.” jawab Khalid bin Walid ra

Jawaban Khalid bin Walid ra begitu membekas di hati gw. Benar-benar jawaban yang sangat indah bahkan mungkin brilian dari seorang hamba pilihan Allah yang menganggap kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan bukan diperebutkan. Begitulah orang yang di hatinya diliputi oleh Nur Allah sehingga setiap perkataan yang keluar dari bibirnya merefleksikan kebeningan jiwa dan keagungan akhlaq. Subhanallah !!!!!

Dalam bab yang lain diceritakan bahwa setelah Abu Bakar ra wafat maka kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Khatab ra. Khalifah Umar mengganti pimpinan tertinggi medan pertempuran dari Khalid bin Walid ra Sang Pedang Allah yang tidak pernah kalah dalam medan jihad kepada Abu Ubaidah. Pergantian pemimpin itu dilatarbelakangi oleh keinginan Umar ra untuk meluruskan tauhid pasukan muslimin bahwa yang memberi kemenangan itu bukan Khalid bin Walid ra tetapi Allah Swt. Pada saat itu Khalid bin Walid ra yang dikenal luas sebagai komandan tanpa pernah kalah dalam perang mulai menjadi ikon kemenangan bagi kaum Muslimin bahkan menimbulkan sugesti khusus bagi kaum Muslimin.

Tahukah anda jawaban dari seorang Khalid bin Walid ketika dicopot jabatannya oleh Umar ra untuk diserahkan kepada Abu Ubaidah ?
“ aku berjuang bukan karena Umar, aku berjuang karena Allah. Demi Allah jika engkau menunjuk seorang anak kecil memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku tidak menaatimu sementara engkau lebih mulia dariku dalam Islam dan engkau ( Abu Ubaidah ) telah di gelari sebagai ‘Kepercayaan Umat’ oleh Rasulullah. Aku tidak akan pernah bisa melampauimu. Saksikanlah, bahwa aku telah mendedikasikan hidupku di jalan Allah Yang Maha Tinggi “

Sekali lagi jawaban yang begitu deras menghujam jantung gw…telak….telak sekali !!!. keharuan menyelimuti kamar gw yang sempit, sebuah pencerahan yang sangat luar biasa membasuh nurani, sebuah jawaban yang cerdas dan lugas dari seorang berhati bening bermaqom tinggi.

Gw menutup buku Panglima Surga bukan karena sudah habis ceritannya, tetapi benak gw melayang membayangkan perebutan kekuasaan di negara gw yang sangat gw cintai Indonesia. Yup, sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan Pemilu sebuah hajatan besar politik yang berlangsung 5 tahun sekali. Pemilu merupakan pesta terakbar dinegeri ini. Tua muda miskin kaya semuanya begitu larut dalam pesta demokrasi ini. Euphoria terjadi dimana-mana dari pelosok desa sampai Bundaran HI semua sibuk membicarakan Pemilu, apalagi kampanye terbuka sudah mulai terasa beberapa hari ini.

Tiap Caleg melakukan segala cara untuk menarik hati pemilihnya. Segala macam banner, poster, selebaran sampai kontrak politik bertebaran dimana-mana layaknya daun kering yang jatuh tertiup angin. Masyarakat yang selama ini pusing bertambah pusing memikirkan Calon yang mana yang harus dipilih untuk mewakili aspirasinya walaupun gak tau apakah kalo sudah terpilih menepati janji atau sekedar omong doang.

Seandainya para calon pemimpin di negeri ini memberikan suri tauladan yang baik sudah barang tentu rakyat tidak akan ragu memilihnya. Para calon pemimpin sebaiknya meneladani kepemimpinan Khalid bin Walid Sang Pedang Allah yang menganggap kekuasaan merupakan sebuah amanah dan ladang jihad dalam menyebarkan Rahmatan lil’alamin.

Gw merindukan adanya pemimpin seperti Khalid bin Walid ra di negeri yang tercinta ini. Pemimpin yang berjuang dilandasi karena Allah Swt dan Rasulnya. Pemimpin yang begitu legowo menerima kelebihan orang lain daripada dirinya.

Semoga dengan Pemilu kali ini akan lahir Khalid-Khalid baru di tanah air kita. Kami merindukan Pemimpin yang memegang teguh amanah dan mencintai Allah dan Rasulnya. Pemimpin yang Insya Allah akan membawa Indonesia menjadi Negara yang aman makmur sejahtera gemah ripah loh jinawi. Semoga **

“ BELAJAR KEPEMIMPINAN DARI SANG PEDANG ALLAH ( SAIFULLAH) “

Sore itu gw pulang dari kantor buru-buru banget. Jam menunjukan pukul 17.00 WIB saatnya gw untuk pulang. Ga seperti biasanya gw berniat untuk pulang cepat. Biasanya gw pulang dari kantor sesudah sholat maghrib, tapi hari itu gw merasa ada sesuatu yang aneh dalam badan gw. Gejala ngantuk yang luar biasa menghinggapi tubuh gw layaknya ajian sirep Gajah Mada yang melumpuhkan pemberontakan Sadeng dan Keta dalam Roman Gajah Mada karya Elkaha. Setelah menempelkan jempol gw dalam mesin finger print gw buru-buru cabut menuju kosan gw yang berada di belakang Bekasi Cyber Park.

Sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya gw menguap, mata terasa berat untuk dibuka. Sebelum sampai kosan gw mampir dulu di warung penjual Nasi Uduk. Warung ini terkenal banget enaknya, buka nya dari jam 17.00 s.d 21.00 WIB walaupun buka nya bentar tapi warung ini rame banget dibanjiri penggemar nasi uduk. Kebetulan waktu itu warung masih agak lengang ga sebanyak seperti biasanya, gw langsung memesan nasi uduk, tahu 2 buah, telor semur dan tentu saja gorengan favorit gw. Sebelum belok ke kosan, gw sempetin mampir beli jus tomat yang lokasinya deket banget Alfamart belokan perumnas dua. Setelah selesai membeli persediaan buat ganjal perut, gw memutuskan langsung cabut ke kosan. Dengan perasaan laper gw melahap nasi uduk dan jus tomat yang barusan gw beli.

Tak terasa adzan maghrib udah berkumandang, dengan bimbang gw berfikir apakah gw mandi atau wudhu dulu ??? setelah melalui pertimbangan yang cukup matang akhirnya gw memutuskan untuk wudhu dulu mandi belakangan. Ketika sholat maghrib, perasaan ngantuk itu tiba-tiba kuat menghantam tubuh gw, niat hati untuk melakukan aurad-aurad dzikir, apadaya setan berhasil menaklukan gw. Gw memutuskan untuk tidur sambil menunggu sholat isya. Tapi kadang harapan gak sesuai dengan kenyataan, gw tidur layaknya kebo yang dicocok hidungnya, lelap banget persis mayat kambing yang abis diterkam macan. Gw tersentak kaget begitu melihat jam menunjukan pukul 22.00 WIB, buru-buru gw ke kamar mandi untuk kencing karena udah gak tahan. Sambil menenangkan diri gw coba minum aqua botol sampai habis gak bersisa. Keringat keluar bercucuran membasahi tubuh gw. Gw basah kuyup mirip orang yang baru selsai latihan futsal. Dengan perasaan gundah gw coba ganti pakaian gw yang basah kuyup. Gak tau kenapa malam itu (atau memang udah karakternya) Bekasi geraahhh banget, ingin gw tidur telanjang di kasur. Gw teringat belum sholat isya, segera gw ambil wudhu dan melaksanakan sholat. Selama sholat hati dan pikiran gw gak tenang dikarenakan geraahh yang terus menerus meneror tubuh gw.

Jam menunjukan pukul 23.00 WIB. Temen-temen kosan gw udah pada berlayar ke pulau kapuk tinggal gw sendirian kayak orang bego berpatroli ngontrol tiap kamar barang kali masih ada yang bernafas. Gw memutuskan untuk mandi guna melawan hawa panas Bekasi, barangkali dengan mandi gw bisa sedikit nyaman. Setelah mandi gw ingin tidur, tapi kantuk tak kunjung hinggap di pelupuk mata gw. Mata gw jelalatan mencari sesuatu yang barangkali bisa menjadi obat gelisah gw. Disaat orang lain terlelap gw malah sibuk memikirkan cara untuk bisa tidur. Suatu hal yang kontradiktif yang berlawanan dengan arus.

Tiba-tiba mata gw berhenti pada suatu benda berbentuk persegi panjang, bersampul hijau dengan gambar seorang pendekar membawa pedang. Yah !! itu adalah buku yang baru gw beli di Gramedia Bekasi judulnya PANGLIMA SURGA karya Abu Fatah Grania yang diterbitkan oleh Cicero Publishing. Gw belum menyentuh buku itu semenjak gw beli dua hari yang lalu. Dengan perasaan terpaksa gw baca halaman demi halaman yang tujuan awal gw emang untuk memancing agar kantuk menghampiri gw. Buku iu menceritakan tentang riwayat para mujahid yang sangat terkenal. Dari tangannyalah kemenangan Islam di medan juang diraih. Dan ditangannya pula, seolah surga berada dalam genggaman karena memang tidak ada balasan buat syuhada kecuali surga. Buku yang sangat inspiratif yang dibuat berdasarkan historical – motivation ditengah suasana kehidupan yang hedonis – materialistic, yang kadang membuat kita takut mati tapi juga tidak berani hidup dengan memegang kebenaran.

Gw membaca lembaran demi lembaran halaman buku ini dengan perasaan haru, yang awalnya gw gak berminat baca buku ini akhirnya terlena dan hanyut dalam alur cerita yang begitu menggugah rasa. Tanpa mempedulikan rasa kantuk yang mulai menyergap, gw lahap semua kata yang ada dalam buku Panglima Surga. Bab awal menceritakan tentang kepahlawanan Sang Pedang Allah Khalid bin Walid ra dalam menaklukan kerajaan-kerajaan superpower pada masanya. Begitu banyak peperangan yang dilakukan oleh Sang Pedang Allah dalam menyebarkan agama Islam di Timur Tengah mulai dari Perang Mu’tah sampai Perang Yarmuk yang sangat menentukan. Khalid bin Walid ra adalah seorang mujahid Islam yang tidak terkalahkah di medan perang. Salah satu rahasiannya adalah karena beliau telah didoakan oleh Rasulullah SAW sebagai mana doanya “ kamu akan memperoleh kemenangan selama itu bersamamu ( rambut Rasulullah)”.

Salah satu keteladanan Khalid bin Walid adalah ketika beliau ditanya oleh seorang pendeta berpakaian hitam dan bertanya “ siapa dari kalian yang bersedia berbicara denganku ?”
Khalid maju kedepan mendekati sang pendeta
“ apakah engkau pemimpin muslimin ?”
“ ya, sepanjang aku taat pada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah, namun jika aku lalai, aku tidak berhak memimpin mereka dan tidak wajib ditaati.” jawab Khalid bin Walid ra

Jawaban Khalid bin Walid ra begitu membekas di hati gw. Benar-benar jawaban yang sangat indah bahkan mungkin brilian dari seorang hamba pilihan Allah yang menganggap kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan bukan diperebutkan. Begitulah orang yang di hatinya diliputi oleh Nur Allah sehingga setiap perkataan yang keluar dari bibirnya merefleksikan kebeningan jiwa dan keagungan akhlaq. Subhanallah !!!!!

Dalam bab yang lain diceritakan bahwa setelah Abu Bakar ra wafat maka kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Khatab ra. Khalifah Umar mengganti pimpinan tertinggi medan pertempuran dari Khalid bin Walid ra Sang Pedang Allah yang tidak pernah kalah dalam medan jihad kepada Abu Ubaidah. Pergantian pemimpin itu dilatarbelakangi oleh keinginan Umar ra untuk meluruskan tauhid pasukan muslimin bahwa yang memberi kemenangan itu bukan Khalid bin Walid ra tetapi Allah Swt. Pada saat itu Khalid bin Walid ra yang dikenal luas sebagai komandan tanpa pernah kalah dalam perang mulai menjadi ikon kemenangan bagi kaum Muslimin bahkan menimbulkan sugesti khusus bagi kaum Muslimin.

Tahukah anda jawaban dari seorang Khalid bin Walid ketika dicopot jabatannya oleh Umar ra untuk diserahkan kepada Abu Ubaidah ?
“ aku berjuang bukan karena Umar, aku berjuang karena Allah. Demi Allah jika engkau menunjuk seorang anak kecil memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku tidak menaatimu sementara engkau lebih mulia dariku dalam Islam dan engkau ( Abu Ubaidah ) telah di gelari sebagai ‘Kepercayaan Umat’ oleh Rasulullah. Aku tidak akan pernah bisa melampauimu. Saksikanlah, bahwa aku telah mendedikasikan hidupku di jalan Allah Yang Maha Tinggi “

Sekali lagi jawaban yang begitu deras menghujam jantung gw…telak….telak sekali !!!. keharuan menyelimuti kamar gw yang sempit, sebuah pencerahan yang sangat luar biasa membasuh nurani, sebuah jawaban yang cerdas dan lugas dari seorang berhati bening bermaqom tinggi.

Gw menutup buku Panglima Surga bukan karena sudah habis ceritannya, tetapi benak gw melayang membayangkan perebutan kekuasaan di negara gw yang sangat gw cintai Indonesia. Yup, sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan Pemilu sebuah hajatan besar politik yang berlangsung 5 tahun sekali. Pemilu merupakan pesta terakbar dinegeri ini. Tua muda miskin kaya semuanya begitu larut dalam pesta demokrasi ini. Euphoria terjadi dimana-mana dari pelosok desa sampai Bundaran HI semua sibuk membicarakan Pemilu, apalagi kampanye terbuka sudah mulai terasa beberapa hari ini.

Tiap Caleg melakukan segala cara untuk menarik hati pemilihnya. Segala macam banner, poster, selebaran sampai kontrak politik bertebaran dimana-mana layaknya daun kering yang jatuh tertiup angin. Masyarakat yang selama ini pusing bertambah pusing memikirkan Calon yang mana yang harus dipilih untuk mewakili aspirasinya walaupun gak tau apakah kalo sudah terpilih menepati janji atau sekedar omong doang.

Seandainya para calon pemimpin di negeri ini memberikan suri tauladan yang baik sudah barang tentu rakyat tidak akan ragu memilihnya. Para calon pemimpin sebaiknya meneladani kepemimpinan Khalid bin Walid Sang Pedang Allah yang menganggap kekuasaan merupakan sebuah amanah dan ladang jihad dalam menyebarkan Rahmatan lil’alamin.

Gw merindukan adanya pemimpin seperti Khalid bin Walid ra di negeri yang tercinta ini. Pemimpin yang berjuang dilandasi karena Allah Swt dan Rasulnya. Pemimpin yang begitu legowo menerima kelebihan orang lain daripada dirinya.

Semoga dengan Pemilu kali ini akan lahir Khalid-Khalid baru di tanah air kita. Kami merindukan Pemimpin yang memegang teguh amanah dan mencintai Allah dan Rasulnya. Pemimpin yang Insya Allah akan membawa Indonesia menjadi Negara yang aman makmur sejahtera gemah ripah loh jinawi. Semoga **